kekuatan spiritual
Sunday, December 9, 2018
DOA SEBAGAI IBADAH & KETAATAN KEPADA ALLAH
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani qaddasallahu sirrahu memberi nasehat: “Betapa aneh jika engkau marah kepada Rabbmu, menyalahkan-Nya dan menganggap Allah Yang Mahakuasa dan Mahaagung telah berbuat tak adil, menahan rezeki dan tak menjauhkanmu dari musibah!
Bukankah engkau tahu bahwa setiap kejadian ada waktunya, dan setiap musibah ada akhirnya? Keduanya tak bisa dimajukan atau dimundurkan. Masa-masa musibah tak berubah hingga kelak datang kebahagiaan. Masa-masa kesulitan tak berlalu hingga akhirnya datang kemudahan.
Berlaku sopanlah, diamlah senantiasa, bersabar, berpasrah dan ridhalah kepada Rabbmu. Bertobatlah kepada Allah. Di hadapan Allah tiada tempat untuk menuntut atau membalas dendam seseorang tanpa dosa dan doronga nafsu, seperti yang biasa terjadi dalam hubungan antar makhluk.
Dia, Yang Mahakuasa lagi Mahaagung, sepenuhnya Esa dengan Azaliah-Nya. Dia menciptakan hal-hal dan menciptakan manfaat dan mudarat. Maka, Dia mengetahui awal, akhir, dan akibat mereka. Dia, Yang Mahakuasa lagi Mahaagung, bijak dalam bertindak dan tiada ketidakselarasan dalam tindakan-Nya. Dia tak melakukan sesuatu pun tanpa berarti dan tak main-main. Adalah sesutu yang tak layak menisbatkan kecacatan atau kesalahan kepada tindakan-Nya.
Tunggulah jalan keluar, jika engkau merasakan pudarnya kepatuhanmu terhadap-Nya, hingga tibalah takdir-Nya, sebagaimana datangnya musim panas setelah datangnya musim dingin, dan sebagaimana datangnya siang setelah berlalunya malam.
Jadi, jika engkau memohon tibanya cahaya siang selama kian pekatnya malam, maka permohonanmu sia-sia; tetapi kepekatan malam kian memuncak hingga mendekati fajar, siang datang dengan kecerahannya, entah kau kehendaki atau tidak.
Jika engkau kehendaki kembalinya malam pada saat itu, maka doamu tak akan dikabulkan. Sebab engkau telah meminta sesuatu yang tak layak. Engkau akan dibiarkan meratap, lunglai, jemu dan enggan. Tinggalkanlah semua itu dan tetaplah beriman dan patuhlah kepada Rabbmu, serta bersabarlah! Maka, segala milikmu tak akan lari darimu, dan segala yang bukan milikmu tak akan engkau peroleh.”
Mohonlah pertolongan hanya kepada Allah, dengan doa dan bersimpuh di hadapan-Nya sebagai bentuk ibadah dan ketataan pelaksanaan perintah-Nya dalam firman, “Mohonlah kepada-Ku, maka akan Kuterima permohonanmu.” (QS Al-Mu;min [40]: 60), dan “Mintalah kepada Allah karunia-karunia-Nya,” (QS An-Nisa [4]: 32)”
--Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Adab As-Suluk wa At-Tawassul ila Manazil Al-Muluk
Wednesday, December 5, 2018
YAKINLAH KEPADA ALLAH, MAKA SEGALA URUSANMU SELESAI!
Syekh Ibnu Atha’illah mengirim surat kepada sahabatnya:
“Barangsiapa yang yakin bahwa Allah menyuruhnya melakukan ibadah, pasti ia bersungguh-sungguh menghadap-Nya. Barangsiapa mengetahui bahwa segala urusan itu berada di tangan Allah, pasti bertekad kuat untuk tawakal kepada-Nya.”
--------------
Syekh Abdullah Asy-Syarqawi menjelaskan: “Siapa yang yakin bahwa Allah SWT menuntunnya untuk melayani-Nya dan melaksanakan tugas-tugas ‘ubudiyyah, pasti ia akan menghadap Allah dengan tulus dan berusaha melaksanakan apa saja yang diridhoi-Nya dengan sempurna. Hal tersebut dikarenakan buah amalnya itu akan kembali kepada dirinya sendiri, bukan kepada Tuhannya. Jika ia berakal dan bermakrifat, maka apakah layak jika ia tak tulus dan tidak sungguh-sungguh dalam beramal dan meninggakan masalah pribadinya?
Barangsiapa yang mengetahui bahwa segala urusan di tangan Allah, termasuk upayanya dalam melayani Tuhannya, pasti kalbunya akan tertuju kepada-Nya dengan tawakal dan memohon-Nya agar mempermudah urusan dan hal-hal yang mendekatkan diri kepada-Nya. Tak ada yang mampu melakukan hal itu, kecuali Allah SWT. Semua perkara berada di tangan-Nya dan seorang hamba tidak berperan apa-apa.”
--Syekh Ibnu Atha’illah dalam kitab Al-Hikam, dengan syarah oleh Syekh Abdullah Asy-Syarqawi
Syekh Ibnu Atha’illah mengirim surat kepada sahabatnya:
“Barangsiapa yang yakin bahwa Allah menyuruhnya melakukan ibadah, pasti ia bersungguh-sungguh menghadap-Nya. Barangsiapa mengetahui bahwa segala urusan itu berada di tangan Allah, pasti bertekad kuat untuk tawakal kepada-Nya.”
--------------
Syekh Abdullah Asy-Syarqawi menjelaskan: “Siapa yang yakin bahwa Allah SWT menuntunnya untuk melayani-Nya dan melaksanakan tugas-tugas ‘ubudiyyah, pasti ia akan menghadap Allah dengan tulus dan berusaha melaksanakan apa saja yang diridhoi-Nya dengan sempurna. Hal tersebut dikarenakan buah amalnya itu akan kembali kepada dirinya sendiri, bukan kepada Tuhannya. Jika ia berakal dan bermakrifat, maka apakah layak jika ia tak tulus dan tidak sungguh-sungguh dalam beramal dan meninggakan masalah pribadinya?
Barangsiapa yang mengetahui bahwa segala urusan di tangan Allah, termasuk upayanya dalam melayani Tuhannya, pasti kalbunya akan tertuju kepada-Nya dengan tawakal dan memohon-Nya agar mempermudah urusan dan hal-hal yang mendekatkan diri kepada-Nya. Tak ada yang mampu melakukan hal itu, kecuali Allah SWT. Semua perkara berada di tangan-Nya dan seorang hamba tidak berperan apa-apa.”
--Syekh Ibnu Atha’illah dalam kitab Al-Hikam, dengan syarah oleh Syekh Abdullah Asy-Syarqawi
TANAMKAN DZIKIR DALAM LISAN & KALBUMU!
Syekh Ibnu Atha'illah mengatakan:
"Tidak ada ibadah yang lebih bermanfaat bagimu daripada dzikir. Sebab, dzikir adalah ibadah yang bisa dilakukan orang tua dan orang sakit yang sudah tidak mampu lagi berdiri, rukuk, dan sujud.
Maka, bersihkan cermin hatimu dengan khalwat dan dzikir hingga kelak kau berjumpa dengan Allah SWT.
Hatimu harus selalu ingat Allah sehingga cahaya menyinarimu. Jangan seperti orang yang ingin menggali sumur, kemudian ia menggali di satu tempat sedalam satu jengkal lalu menggali di tempat lain sedalam satu jengkal pula. Jadi, airnya tidak akan pernah keluar. Tetapi, galilah di satu tempat sehingga airnya memancar.
Hai hamba Allah, agamamu adalah modalmu. Jika selama ini engkau telah menyia-nyiakan modalmu, maka kini sibukkan lisanmu dengan berdzikir mengingat-Nya, sibukkan hati dengan cinta kepada-Nya, dan sibukkan tubuhmu dengan menaati-Nya. Tanamlah wujudmu di tempat menanam hingga benih muncul dan tumbuh. Siapa yang memperlakukan hatinya sebagaimana petani memperlakukan tanahnya, pasti hatinya bersinar."
--Syekh Ibnu Atha'illah dalam Taj Al-'Arus
Syekh Ibnu Atha'illah mengatakan:
"Tidak ada ibadah yang lebih bermanfaat bagimu daripada dzikir. Sebab, dzikir adalah ibadah yang bisa dilakukan orang tua dan orang sakit yang sudah tidak mampu lagi berdiri, rukuk, dan sujud.
Maka, bersihkan cermin hatimu dengan khalwat dan dzikir hingga kelak kau berjumpa dengan Allah SWT.
Hatimu harus selalu ingat Allah sehingga cahaya menyinarimu. Jangan seperti orang yang ingin menggali sumur, kemudian ia menggali di satu tempat sedalam satu jengkal lalu menggali di tempat lain sedalam satu jengkal pula. Jadi, airnya tidak akan pernah keluar. Tetapi, galilah di satu tempat sehingga airnya memancar.
Hai hamba Allah, agamamu adalah modalmu. Jika selama ini engkau telah menyia-nyiakan modalmu, maka kini sibukkan lisanmu dengan berdzikir mengingat-Nya, sibukkan hati dengan cinta kepada-Nya, dan sibukkan tubuhmu dengan menaati-Nya. Tanamlah wujudmu di tempat menanam hingga benih muncul dan tumbuh. Siapa yang memperlakukan hatinya sebagaimana petani memperlakukan tanahnya, pasti hatinya bersinar."
--Syekh Ibnu Atha'illah dalam Taj Al-'Arus
KEBAHAGIAN SEJATI DAN HAKIKAT CINTA KEPADA ALLAH
Menurut Imam Al-Ghazali, bagi orang yang sudah sangat mendalam pengetahuan makrifatnya dan sudah menyingkap rahasia kekuasaan Allah walaupun hanya sedikit, maka hatinya akan diliputi perasaan bahagia yang tak terhingga. Karena begitu bahagianya, dia akan menemukan dirinya seolah-olah terbang. Dia juga akan terheran-heran dan takjub menyaksikan keadaan dirinya. Ini termasuk hal-hal yang tak dapat dipersepsi kecuali dengan cita rasa (dzawq).
Bahkan, kadang cerita-cerita sufi pun tak banyak membantu. Semuanya tak dapat dilukiskan oleh kata-kata. Ini juga membuktikan bahwa makrifat kepada Allah merupakan puncak dari segala kenikmatan. Tak ada kenikmatan lain yang dapat mengalahkannya.
Abu Sulaiman Ad-Darani pernah mengatakan, “Allah memiliki beberapa orang hamba, mereka menyibukkan diri dengan ibadah kepada Allah, bukan karena takut neraka atau berharap surga. Lalu, bagaimana mungkin mereka disibukkan oleh dunia dan meninggalkan Allah?”
Maka, wajar saja jika ada seorang murid dari Ma’ruf Al-Karkhi bertanya kepada gurunya, “Apa yang membuatmu beribadah dan meninggalkan pergaulan dengan manusia yang lain?”
Sejenak Ma’ruf Al-Karkhi terdiam. Lalu menjawab, “Aku ingat mati.”
“Ingat apanya?” tanya muridnya lagi.
“Aku ingat kuburan dan barzakhnya,” jawab Al-Karkhi.
“Ingat kuburan? Bagian yang mana?” tanya murid itu lagi.
“Rasa takut pada neraka dan berharap surga,” jawab Al-Karkhi.
“Bagaimana bisa begitu?”
“Sesungguhnya dua malaikat ini ada dalam kekuasaan-Nya. Jika engkau mencintai-Nya, maka engkau akan melupakan itu semua. Jika engkau mengenal-Nya, maka cukuplah itu semua!”
Ma’ruf Al-Karkhi mengingatkan kita bahwa perasaan takut dan berharap masuk surga adalah harapan rendah bagi orang yang beribadah. Sebab, orang yang benar-benar beribadah kepada Allah dan mengharap perjumpaan dengan-Nya, pasti merindukan-Nya dengan penuh cinta, dan pasti akan melupakan segalanya. Dia hanya berharap memandang wajah-Nya. Dalam sebuah kisah disebutkan bahwa Nabi Isya a.s. bersabda, “Jika engkau melihat seorang pemuda mencari Tuhannya, maka sungguh dia akan lupa segala-galanya!”
Ali Ibnu Al-Muwaffaq mengatakan, “Aku bermimpi seolah-olah masuk surga. Aku melihat seorang lelaki duduk menghadap sebuah hidangan. Dua malaikat duduk di kanan-kirinya menyapinya makanan yang serba lezat. Dia sendiri tampak begitu menikmatinya. Aku juga melihat seorang lelaki berdiri di pintu surga sedang mengawasi wajah-wajah manusia. Sebagian dipersilahkan masuk dan sebagian lagi ditolak. Aku melewati dua orang lelaki itu menuju Hadirat-Nya yang suci. Kemudian, di tenda Arsy aku melihat seorang lelaki lagi, matanya terbuka dan tak berkedip, memandangi Allah SWT. Lalu, aku bertanya kepada Malaikat Ridwan, “Siapakah orang ini?” Lalu dia menjawab, “Dia adalah Makruf Al-Karkhi. Dia hamba Allah yang tidak takut neraka dan tidak rindu surga tetapi cinta kepada Allah SWT. Maka, dia diizinkan memandangi-Nya hingga Hari Kiamat. Dia menambahkan dua lainnya adalah Bisyr Al-Harits dan Ahmad Bin Hanbal.”
Abu Sulaiman berkata, “Siapa saja yang hari ini sibuk dengan dirinya sendiri, maka besok dia juga akan sibuk dengan dirinya sendiri. Siapa saja yang hari ini sibuk dengan Tuhannya, maka besok dia akan sibuk dengan Tuhannya.”
Sofyan Ats-Tsauri suatu ketika bertanya kepada Rabi’ah Al-Adhawiyah, “Apa hakikat imanmu?” Lalu dia menjawab, “Aku tidak menyembah-Nya karena takut neraka atau berharap surga. Aku tidak seperti buruh yang jahat—jika dibayar bahagia, jika tak dibayar bersedih—Aku menyembah-Nya semata-mata karena cinta dan rindu kepada-Nya.”
--Imam Al-Ghazali dalam kitab Al-Mahabbah wa al-Syawq wa al-Uns wa al-Ridha
Menurut Imam Al-Ghazali, bagi orang yang sudah sangat mendalam pengetahuan makrifatnya dan sudah menyingkap rahasia kekuasaan Allah walaupun hanya sedikit, maka hatinya akan diliputi perasaan bahagia yang tak terhingga. Karena begitu bahagianya, dia akan menemukan dirinya seolah-olah terbang. Dia juga akan terheran-heran dan takjub menyaksikan keadaan dirinya. Ini termasuk hal-hal yang tak dapat dipersepsi kecuali dengan cita rasa (dzawq).
Bahkan, kadang cerita-cerita sufi pun tak banyak membantu. Semuanya tak dapat dilukiskan oleh kata-kata. Ini juga membuktikan bahwa makrifat kepada Allah merupakan puncak dari segala kenikmatan. Tak ada kenikmatan lain yang dapat mengalahkannya.
Abu Sulaiman Ad-Darani pernah mengatakan, “Allah memiliki beberapa orang hamba, mereka menyibukkan diri dengan ibadah kepada Allah, bukan karena takut neraka atau berharap surga. Lalu, bagaimana mungkin mereka disibukkan oleh dunia dan meninggalkan Allah?”
Maka, wajar saja jika ada seorang murid dari Ma’ruf Al-Karkhi bertanya kepada gurunya, “Apa yang membuatmu beribadah dan meninggalkan pergaulan dengan manusia yang lain?”
Sejenak Ma’ruf Al-Karkhi terdiam. Lalu menjawab, “Aku ingat mati.”
“Ingat apanya?” tanya muridnya lagi.
“Aku ingat kuburan dan barzakhnya,” jawab Al-Karkhi.
“Ingat kuburan? Bagian yang mana?” tanya murid itu lagi.
“Rasa takut pada neraka dan berharap surga,” jawab Al-Karkhi.
“Bagaimana bisa begitu?”
“Sesungguhnya dua malaikat ini ada dalam kekuasaan-Nya. Jika engkau mencintai-Nya, maka engkau akan melupakan itu semua. Jika engkau mengenal-Nya, maka cukuplah itu semua!”
Ma’ruf Al-Karkhi mengingatkan kita bahwa perasaan takut dan berharap masuk surga adalah harapan rendah bagi orang yang beribadah. Sebab, orang yang benar-benar beribadah kepada Allah dan mengharap perjumpaan dengan-Nya, pasti merindukan-Nya dengan penuh cinta, dan pasti akan melupakan segalanya. Dia hanya berharap memandang wajah-Nya. Dalam sebuah kisah disebutkan bahwa Nabi Isya a.s. bersabda, “Jika engkau melihat seorang pemuda mencari Tuhannya, maka sungguh dia akan lupa segala-galanya!”
Ali Ibnu Al-Muwaffaq mengatakan, “Aku bermimpi seolah-olah masuk surga. Aku melihat seorang lelaki duduk menghadap sebuah hidangan. Dua malaikat duduk di kanan-kirinya menyapinya makanan yang serba lezat. Dia sendiri tampak begitu menikmatinya. Aku juga melihat seorang lelaki berdiri di pintu surga sedang mengawasi wajah-wajah manusia. Sebagian dipersilahkan masuk dan sebagian lagi ditolak. Aku melewati dua orang lelaki itu menuju Hadirat-Nya yang suci. Kemudian, di tenda Arsy aku melihat seorang lelaki lagi, matanya terbuka dan tak berkedip, memandangi Allah SWT. Lalu, aku bertanya kepada Malaikat Ridwan, “Siapakah orang ini?” Lalu dia menjawab, “Dia adalah Makruf Al-Karkhi. Dia hamba Allah yang tidak takut neraka dan tidak rindu surga tetapi cinta kepada Allah SWT. Maka, dia diizinkan memandangi-Nya hingga Hari Kiamat. Dia menambahkan dua lainnya adalah Bisyr Al-Harits dan Ahmad Bin Hanbal.”
Abu Sulaiman berkata, “Siapa saja yang hari ini sibuk dengan dirinya sendiri, maka besok dia juga akan sibuk dengan dirinya sendiri. Siapa saja yang hari ini sibuk dengan Tuhannya, maka besok dia akan sibuk dengan Tuhannya.”
Sofyan Ats-Tsauri suatu ketika bertanya kepada Rabi’ah Al-Adhawiyah, “Apa hakikat imanmu?” Lalu dia menjawab, “Aku tidak menyembah-Nya karena takut neraka atau berharap surga. Aku tidak seperti buruh yang jahat—jika dibayar bahagia, jika tak dibayar bersedih—Aku menyembah-Nya semata-mata karena cinta dan rindu kepada-Nya.”
--Imam Al-Ghazali dalam kitab Al-Mahabbah wa al-Syawq wa al-Uns wa al-Ridha
menyadari mana kawan mana lawan
Bismillah...
LARANGAN BERDUSTA DAN BERBOHONG DALAM ISLAM
Rasulullah bersabda : "Hati-hatilah kalian dan tinggalkanlah kedustaan itu, karena pasti kedustaan membawa dia pada kebobrokan, dan kebobrokan pada agama akan membawa ia kedalam api neraka, dan jika ia berdusta bahkan menjadikan ia sebuah kebiasaan Allah akan mencatat ia sebagai seorang pendusta, maknanya Allah akan biarkan semasa hidupnya sebagai seorang yang pendusta.
Para ulama selalu memperingatkan tentang sifat berdusta ini, karena berdusta adalah suatu kehinaan dan kekufuran serta sifat yang sangat buruk dan ia bagian kemunafikan, dan kekufuran ada pada tingkat dusta yang merupakan induk dari semua keburukan, sedangkan kekafiran ada dibawah keburukan tersebut.
karena buruknya akibat kedustaan tersebut, akan memunculkan adu domba, dan adu domba akan memunculkan permusuhan, dan dalam permusuhan tidak akan pernah ada ketenangan didalam jiwa, semakin ia berbohong semakin sedikit pula orang percaya padanya, dengan kata lain masyarakat sendiri akan mengucilkan mereka yang berdusta dan berbohong di dalam kehidupannya.
Para ulama juga mengatakan tidak ada yang menghilangkan kesucian dan kehormatan seseorang selain dusta yang ia ucapkan, dan dusta seseorang adalah kepastian dari hinanya jiwanya, bahkan busuknya bangkai binatang masih lebih wangi dibanding dengan busuk dustanya seseorang baik dalam keadaan serius atau bercanda.
Dalam suatu riwayat Rasulullah bersabda : "suatu ketika sahabat bertanya, apakah mukmin bisa saja terlintas dihidupnya sifat pengecut ?, Rasulullah menjawab Ya, lalu sahabat bertanya kembali, apakah bisa terlintas mukmin sifat pelit, Rasulullah menjawab Ya, kemudian sahabat melanjutkan, apakah orang mukmin bisa menjadi pendusta, Rasulullah bilang Tidak. Jadi kalo ada orang beriman BERDUSTA..perlu dipertanyakan keimanan nya.
Rasulullah mencoba menunjukkan kepada kita dusta adalah sifat yang buruk, bahkan dusta dan bohong adalah sifat utama orang munafik.
Adapun tanda atau ciri utama orang munafik ada 3 :
1. Jika berkata ia berbohong
2. Jika berjanji ia mengingkari
3. Jika dipercayai, ia mengkhianati
Adapun bentuk-bentuk kebohongan yang sering kita lakukan dan mungkin sudah kita anggap sebagai hal biasa :
1. Para ulama mengingatkan tentang dusta kepada Allah dan Rasul yaitu dusta dengan membawa nama Allah dan Rasul-nya atas ajaran agama yang dia bawa padahal dia tidak punya ilmu di dalamnya, dan jika ia berdusta atas nama Allah dan Rasul-nya para ulama sepakat mengatakan bahwa tidak akan pernah beruntung ia didalam berumah tangga, berteman, dalam masyarakat, bahkan di akhirat kelak, karena keberkahannya Allah hilangkan dari padanya.
Allah Sebutkan dalam surat An-Nahl ayat 116 :
"Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta "ini halal dan ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung." (An-Nahl : 116)
Para ulama juga menafsirkan dalam hadis bukhori orang-orang berdusta di hari kiamat wajah mereka akan menghitam karena hangus di tempelkan api neraka pada wajahnya, dan di neraka itu ada tempat bagi orang orang sombong, karena sifat dusta melahirkan kesembongan.
2. Kebohongan untuk membuat orang tertawa, Rasulullah bersabda dalam riwayat Abu Daud : "sungguh kecelakaan, kehancuran, kebinasaan, kehinaan, dan lembah neraka bagi mereka untuknya (berbohong karena membuat orang tertawa). Dalam riwayat hadist lain Rasulullah bersabda : Bahwa Rasulullah akan memimpin di tengah-tengah surga bagi mereka yang meninggalkan dusta walaupun sekedar bercanda.
3. Dusta dalam jual beli, Allah juga melarang bentuk dusta ini karena dapat merusak nilai dari produk tersebut, dan mengharamkan hasil dari yang mereka jual. sebagian ulama hadits mengatakan kebohongan dan kedustaan membuat produk tersebut akan rusak dan tidak mendapatkan keuntungan dari padanya sebagaimana kebohongan mencabut keberkahan pada diri seseorang..
4. Berdusta karena kepepet, mungkin pernah kita temui seseorang yang berdusta untuk keselamatan dirinya, hal ini mungkin akan menyelamatkan kehidupan ia di dunia, tapi tidak untuk akhirat, karena Allah membenci orang-orang yang berdusta atau berbohong.
5. Dusta kepada anak, Kerap kita lakukan untuk memotivasi anak baik agar ia sekolah, atau dalam hal lainnya, padahal dusta dan kebohongan merupakan suatu yang salah dan buruk di mata allah. dalam hadits riwayat Bukhori : Rasulullah pernah melihat seorang ayah mengajak anaknya dengan mengatakan, "kesinilah nak, aku akan memberikan ini pada mu, maka rasulullah mengatakan apakah kamu akan memberikan itu kepadanya ? jika tidak engkau akan termasuk kedalam orang - orang yang berdusta.
Allah berfirman dalam surat At Taubah ayat 119 :
"Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar." (At-Taubah : 119)
Rasulullah bersabda dalam riwayat imam Bukhari : "Selalulah kalian menjadi orang yang jujur karena membawa kebajikan, dan kebajikan membawa kamu kedalam surga, seseorang yang selalu jujur di dunia akan di catat oleh Allah sebagai orang yang jujur dan ditempatkan kedalam surga Firdaus yang tertinggi disisi Allah. Sahabat dakwahku, jujur juga merupakan sesuatu yang di anjurkan kedalam islam dan termasuk kedalam simbol orang-orang mukmin.
COPAS
LARANGAN BERDUSTA DAN BERBOHONG DALAM ISLAM
Rasulullah bersabda : "Hati-hatilah kalian dan tinggalkanlah kedustaan itu, karena pasti kedustaan membawa dia pada kebobrokan, dan kebobrokan pada agama akan membawa ia kedalam api neraka, dan jika ia berdusta bahkan menjadikan ia sebuah kebiasaan Allah akan mencatat ia sebagai seorang pendusta, maknanya Allah akan biarkan semasa hidupnya sebagai seorang yang pendusta.
Para ulama selalu memperingatkan tentang sifat berdusta ini, karena berdusta adalah suatu kehinaan dan kekufuran serta sifat yang sangat buruk dan ia bagian kemunafikan, dan kekufuran ada pada tingkat dusta yang merupakan induk dari semua keburukan, sedangkan kekafiran ada dibawah keburukan tersebut.
karena buruknya akibat kedustaan tersebut, akan memunculkan adu domba, dan adu domba akan memunculkan permusuhan, dan dalam permusuhan tidak akan pernah ada ketenangan didalam jiwa, semakin ia berbohong semakin sedikit pula orang percaya padanya, dengan kata lain masyarakat sendiri akan mengucilkan mereka yang berdusta dan berbohong di dalam kehidupannya.
Para ulama juga mengatakan tidak ada yang menghilangkan kesucian dan kehormatan seseorang selain dusta yang ia ucapkan, dan dusta seseorang adalah kepastian dari hinanya jiwanya, bahkan busuknya bangkai binatang masih lebih wangi dibanding dengan busuk dustanya seseorang baik dalam keadaan serius atau bercanda.
Dalam suatu riwayat Rasulullah bersabda : "suatu ketika sahabat bertanya, apakah mukmin bisa saja terlintas dihidupnya sifat pengecut ?, Rasulullah menjawab Ya, lalu sahabat bertanya kembali, apakah bisa terlintas mukmin sifat pelit, Rasulullah menjawab Ya, kemudian sahabat melanjutkan, apakah orang mukmin bisa menjadi pendusta, Rasulullah bilang Tidak. Jadi kalo ada orang beriman BERDUSTA..perlu dipertanyakan keimanan nya.
Rasulullah mencoba menunjukkan kepada kita dusta adalah sifat yang buruk, bahkan dusta dan bohong adalah sifat utama orang munafik.
Adapun tanda atau ciri utama orang munafik ada 3 :
1. Jika berkata ia berbohong
2. Jika berjanji ia mengingkari
3. Jika dipercayai, ia mengkhianati
Adapun bentuk-bentuk kebohongan yang sering kita lakukan dan mungkin sudah kita anggap sebagai hal biasa :
1. Para ulama mengingatkan tentang dusta kepada Allah dan Rasul yaitu dusta dengan membawa nama Allah dan Rasul-nya atas ajaran agama yang dia bawa padahal dia tidak punya ilmu di dalamnya, dan jika ia berdusta atas nama Allah dan Rasul-nya para ulama sepakat mengatakan bahwa tidak akan pernah beruntung ia didalam berumah tangga, berteman, dalam masyarakat, bahkan di akhirat kelak, karena keberkahannya Allah hilangkan dari padanya.
Allah Sebutkan dalam surat An-Nahl ayat 116 :
"Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta "ini halal dan ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung." (An-Nahl : 116)
Para ulama juga menafsirkan dalam hadis bukhori orang-orang berdusta di hari kiamat wajah mereka akan menghitam karena hangus di tempelkan api neraka pada wajahnya, dan di neraka itu ada tempat bagi orang orang sombong, karena sifat dusta melahirkan kesembongan.
2. Kebohongan untuk membuat orang tertawa, Rasulullah bersabda dalam riwayat Abu Daud : "sungguh kecelakaan, kehancuran, kebinasaan, kehinaan, dan lembah neraka bagi mereka untuknya (berbohong karena membuat orang tertawa). Dalam riwayat hadist lain Rasulullah bersabda : Bahwa Rasulullah akan memimpin di tengah-tengah surga bagi mereka yang meninggalkan dusta walaupun sekedar bercanda.
3. Dusta dalam jual beli, Allah juga melarang bentuk dusta ini karena dapat merusak nilai dari produk tersebut, dan mengharamkan hasil dari yang mereka jual. sebagian ulama hadits mengatakan kebohongan dan kedustaan membuat produk tersebut akan rusak dan tidak mendapatkan keuntungan dari padanya sebagaimana kebohongan mencabut keberkahan pada diri seseorang..
4. Berdusta karena kepepet, mungkin pernah kita temui seseorang yang berdusta untuk keselamatan dirinya, hal ini mungkin akan menyelamatkan kehidupan ia di dunia, tapi tidak untuk akhirat, karena Allah membenci orang-orang yang berdusta atau berbohong.
5. Dusta kepada anak, Kerap kita lakukan untuk memotivasi anak baik agar ia sekolah, atau dalam hal lainnya, padahal dusta dan kebohongan merupakan suatu yang salah dan buruk di mata allah. dalam hadits riwayat Bukhori : Rasulullah pernah melihat seorang ayah mengajak anaknya dengan mengatakan, "kesinilah nak, aku akan memberikan ini pada mu, maka rasulullah mengatakan apakah kamu akan memberikan itu kepadanya ? jika tidak engkau akan termasuk kedalam orang - orang yang berdusta.
Allah berfirman dalam surat At Taubah ayat 119 :
"Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar." (At-Taubah : 119)
Rasulullah bersabda dalam riwayat imam Bukhari : "Selalulah kalian menjadi orang yang jujur karena membawa kebajikan, dan kebajikan membawa kamu kedalam surga, seseorang yang selalu jujur di dunia akan di catat oleh Allah sebagai orang yang jujur dan ditempatkan kedalam surga Firdaus yang tertinggi disisi Allah. Sahabat dakwahku, jujur juga merupakan sesuatu yang di anjurkan kedalam islam dan termasuk kedalam simbol orang-orang mukmin.
COPAS
Subscribe to:
Posts (Atom)